Jumat, 02 Maret 2012


Wahyu Pertama yang Turun kepada Rasulullah SAW


Assalamu’alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Alhamdulillah, wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosulillah, wa’alaa aalihii wa ashaabihii wa man tabi’ahum bi ihsanin ilaa yaumid-diin.
Surat Al-’Alaq adalah surat (wahyu) pertama yang diturunkan oleh Alloh SWT kepada Rasululllah Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril.
Berikut adalah Tafsir dari Surat Al-’Alaq (96), Ayat 1-5. Tafsir diambil dari kitab tafsir karangan Imam Ibnu Katsir:
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Awal Kenabian Muhammad SAW dan Ayat yang Pertama Turun
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: “wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW ialah berupa mimpi yang benar waktu beliau tidur. Beliau tidak bermimpi melainkan mimpi itu datang kepada beliau seperti falaq (cahaya) Shubuh, karena begitu jelasnya.”
Kemudian hati beliau tertarik untuk mengasingkan diri. Beliau datang ke gua Hira. Disitu beliau beribadah beberapa malam. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya.
Suatu ketika datanglah wahyu kepada beliau secara tiba-tiba, sewaktu beliau masih berada di gua Hira. Malaikat datang kepada beliau di gua itu, seraya berkata, “Bacalah!
Rasulullah SAW bersabdam “Maka aku katakan, ‘Aku tidak bisa membacanya.’” Kemudian beliau bersabda, “Dia menarikku lalu mendekapku sehingga aku kepayahan. Kemudian dia melepaskanku. Ia berkata, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Maka dia mendekapku lagi hingga aku kelelahan. Kemudian dia melepaskanku lagi. Lalu ia berkata, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Maka dia mendekapku lagi untuk ketiga kalinya hingga aku kelelahan. Kemudian dia melepaskanku lagi, lalu dia berkata Iqro’ bismirobbikal ladzii kholaq (bacalah dengan menyebut nama Rabb-mu yang menciptakan).” Sampai pada ayat ‘allamal insaana maa lam ya’lam (Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya)
Kemudian Nabi SAW pulang dalam keadaan menggigil, sampai masuk di rumah Khadijah. Lalu beliau berkata, “Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka beliau diselimuti oleh Khadijah, hingga hilang rasa takutnya. Lalu beliau berkata, “Wahai Khadijah! Apa yang terjadi pada diriku?”
Lalu beliau menceritakan semua kejadian yang baru dialaminya itu, dan beliau berkata, “Sesungguhnya aku khawatir sesuatu akan terjadi kepada diriku.”
Khadijah berkata, “Tidak usah takut, bergembiralah! Demi Alloh, Alloh SWT sama sekali tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menyambung tali silaturrahim, berbicara dengan jujur, memikul beban tanggung jawab, memuliakan tamu dan menolong sesama manusia demi menegakkan pilar kebenaran.”
Kemudian Khadijah mengajak beliau pergi untuk menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah, saudara laki-laki ayahnya. Ia telah memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyyah. Ia pandai menulis dalam bahasa Arab dan dia menulis Injil dengan bahasa Arab. Usianya telah lanjut dan matanya telah buta.
Lalu Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku! Tolong dengarkanlah kabar dari anak saudaramu (Muhammad) ini!” Lalu Waraqah bertanya, “Wahai anak saudaraku! Apa yang telah terjadi atas dirimu?” Maka Rasulullah SAW menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Lalu Waraqah berkata, “Inilah Namus (Malaikay Jibril) yang pernah diutus kepada Nabi Musa. Seandainya pada saat itu umurku masih muda. Seandainya aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu..”
Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Maka Waraqah menjawab, “Ya, tidak ada seorang pun yang datang membawa apa yang engkau bawa kecuali dia pasti dimusuhi. Apabila aku mendapati hari itu, niscaya aku akan menolongmu dengan dukungan yang besar, sekuat tenaga.”
Tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara waktu sehingga Rasulullah SAW sering bersedih. Telah sampai kepada kami, beliau bersedih dengan kesedihan yang membuat beliau berkali-kali hendak menjatuhkan diri dari atas puncak gunung. Setiap kali beliau berada dipuncak gunung dengan maksud menjatuhkan diri, maka saat itu juga muncul malaikat Jibril, lalu berkata, “Hai Muhammad! Sungguh, engkau benar-benar utusan Alloh SWT.”
Maka tenanglah kegelisahan beliau dengan ucapan tersebut, dan jiwa beliau menjadi tenang, lalu beliau pulang. Namun apabila wahyu lama tidak turun kepada beliau, keesokan harinya beliau melakukan hal yang serupa. Apabila beliau berada dipuncak gunung, maka Jibril muncul dengan mengatakan ucapan yang serupa. (Ahmad, VI/232, No. 25959).
Hadits ini juga diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari hadits az-Zuhri. (Fat-hul Baari, XII/368 dan Muslim, I/139.)
Kami telah membicarakan hadits ini dari segi sanad, matan, dan maknanya secara terperinci diawal syarh(penjelasan) kami atas Shahih Bukhari. Jadi, siapa yang menghendakinya, maka disitu sudah dijelaskan secara tertulis. Hanya milik Alloh Subhanahu wa Ta’alaa-lah segala puji dan anugerah.
Jadi ayat al-Quran yang pertama kali turun adalah ayat-ayat yang mulia dan penuh berkah ini. Ayat-ayat tersebut merupakan awal rahmat yang dianugerahkan oleh Alloh kepada para hamba-Nya, dan merupakan nikmat pertama yang diberikan oleh Alloh kepada mereka.
Keluhuran Manusia dan Kemuliaannya dengan Ilmu
Dalam surat ini terdapat peringatan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dari segumpal darah. Di antara karunia Alloh SWT adalah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya., lalu Dia memuliakan dan mengangkat derajatnya dengan ilmu, dan itulah keistimewaan yang dimiliki oleh bapak manusia, yaitu Adam, dibanding dengan para malaikat.
Terkadang ilmu itu terdapat pada akal pikiran, terkadang pada ucapan, dan terkadang terdapat pada tulisan tangan. Sehingga ada ilmu yang sifatnya akal pikiran, ucapan dan ada yang berupa tulisan. Di dalam tulisan terkandung unsur akal pikiran dan ucapan, tapi tidak berarti sebaliknya. Karena itulah Alloh SWT berfirman, Iqro’ warobbukal akrom al-ladzii ‘allama bil qolam ‘allamal insaana maa lam ya’lam (Al-’Alaq 3-5). “Bacalah, dan Rabb-mu-lah yang Maha Mulia, yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dalam sebuah kalimat hikmah disebutkan, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” Dan ada juga kalimat hikmah yang menyebutkan, “Siapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Alloh akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.”

Wallohu ta’alaa a’lam..
Wassalamu’alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar